Well, this is from our friend, Layct C. He said that this novel is really really cool and it's so amazing. He wanted to share about the story to you guys, although he sure that many people have read this book . But we're really sorry because this review is still in Indonesian language since we still can use some translators. Well, enjoy the review and read the novel soon.
Pengarang : Paulo Coelho
Penerbit : Gramedia
Alih bahasa : Tanti Lesmana
Jumlah halaman : 213
Cetakan Pertama : November 2007
Resensi oleh : Layct Chruno
Penerbit : Gramedia
Alih bahasa : Tanti Lesmana
Jumlah halaman : 213
Cetakan Pertama : November 2007
Resensi oleh : Layct Chruno
Ada seorang anak bernama Santiago. Dia adalah seorang gembala yang sering menggembalakan domba-dombanya di padang Andalusia, Spanyol. Anak itu setiap malam tidur di sebuah gereja yang sudah rusak yang ada sebuah pohon besarnya di tengah-tengah sakristi. Tiap malam ia memandangi bintang sambil menjaga domba-dombanya. Anak itu dulunya ialah anak seorang petani, kedua orang tuanya berharap ia menjadi seorang pastur, maka ia masuk ke seminari. Setelah beberapa lama, ia memutuskan untuk keluar dan mengembara. Dia mengatakan keputusannya tersebut pada kedua orang tuanya. Ia pikir Tuhan tidak hanya ia temukan di seminari. Ayahnya sangat mengerti keinginan anaknya dan memberi anaknya beberapa dollar Spanyol untuk dibelikan beberapa domba dan memberikan domba-domba itu untuk digembalakan anaknya.
Anak itu menjadi gembala karena ia tahu bahwa gembalalah yang suka berkelana. Tiap hari ia menikmati kehidupan bersama domba-dombanya. Tiap hari ia pergi ke padang Anadalusia untuk memberi makan domba-dombanya. Ia pergi sambil membawa buku. Ia membaca berbagai buku setiap ia menggembalakan domba-dombanya. Beberapa waktu terakhir, ia mendapatkan mimpi yang sama beberapa malam. Dia merasa di padang rumput bersama seorang gadis lalu ia melihat piramida-piramida Mesir yang agung dan gagah.
Saat anak itu pergi ke kota untuk menjual bulu domba, ia menukar bukunya dengan buku baru yang lain. Sambil menunggu pemilik toko pemangkas bulu dombanya, ia membaca buku baru tadi. Tiba-tiba seorang gadis konglomerat duduk di sebelahnya. Gadis itu sedang menunggu ayahnya menyelesaikan suatu urusan. Mereka mengobrol dan gadis itu heran, karena melihat seorang gembala yang bisa membaca. Anak itu berkata bahwa ia mempelajarinya saat ia di seminari. Mereka larut dalam percakapan mereka. Anak itu merasa senang karena bisa mengobrol dengan seorang gadis seasyik itu. Biasanya ia hanya bertatap muka dengan domba-domba saja. Anak itu ingin waktu berhenti, jadi ia bisa terus mengobrol dengan gadis itu.
Akhirnya urusan keduanya selesai dan merekapun berpisah. Anak menerima beberapa dollar hasil penjualan bulu dombanya. Ia lalu melanjutkan perjalanannya. Di Tangier jalan ia bertemu seorang wanita Gipsi dan iapun menanyakan arti mimpinya selama ini. Wanita itu mau membantu asalkan jika nanti ia menemukan harta karun, anak itu harus memberinya seper sepuluh dari harta yang ditemukan. Wanita itu berkata bahwa anak itu harus mencari takdirnya, yaitu menemukan harta karun di piramida-piramida mesir. Setelah beberapa lama, anak itu memutuskan untuk mencari harta karunnya. Ia menjual separuh dombanya dan berangkat ke Arab. Sampai di Arab, ia masuk ke sebuah bar. Ia tidak mengerti bahasa dan tradisi di sana dan merasa sangat bingung. Tiba-tiba ada seseorang yang mengajaknya berbicara dalam bahasa Spanyol, ia sangat senang. Teman barunya itu mengajaknya ke alun-alun yang ramai dan mengambil semua harta anak itu.
Anak itu tidak tahu apa yang harus ia lakukan tanpa uang. Ia tidur di alun-alun itu. Keesokannya saat ia duduk-duduk di tepi alun-alun, ada orang tua yang menyapanya dan menasihatinya tentang mimpinya itu. Penutup dada orang tua itu bersinar dan orang tua itu mengaku kalau ia adalah raja Salem. Anak itu juga menerima dua batu Umim dan Tumim dari orang tua tersebut. Sebagai gantinya, semua domba-dombanya diberikan pada orang tua itu. Menurut orang tua itu, anak itu harus pergi mencari takdirnya yang telah diberikan Tuhan dan mengikuti pertanda-pertanda di sekelilingnya. Anak itu lalu melanjutkan perjalanan dan sampai di toko Kristal di atas bukit. Toko itu sudah hampir bangkrut. Anak itu lalu bekerja di toko itu dan menemukan inovasi baru yang membuat toko itu berjaya. Ia bekerja selama kurang lebih setahun dan ia sudah menguasai bahasa Arab, ia juga tahu banyak tentang tradisi di sana serta agama Islam. Sekarang anak itu sudah mempunyai harta dan uang yang cukup untuk kembali ke negara asalnya, membeli banyak domba, dan menjadi seorang saudagar di negaranya. Tapi, tiap hari ia selalu mendapatkan pertanda-pertanda yang mengharuskan ia mencari takdirnya. Iapun memutuskan untuk meninggalkan toko Kristal itu dan pergi menuju oasis Al-Fayoum yang dekat dengan Piramida-piramida Mesir itu.
Iapun berangkat menuju oasis dengan menaiki sebuah karavan. Di karavan itu ia bertemu dengan seorang berkebangsaan Inggris yang sagat tertarik dengan ilmu alkimia dan pergi ke oasis untuk mencari sang alkimis sejati yang berumur dua ratus tahun. Orang Iggris itu juga tahu tentang Raja Salem, pertanda-pertanda, juga batu Umim dan Tumim. Orang itu berkata bahwa ia mengetahui batu Umim dan Tumim dari Alkitab, karena kedua batu tersebutlah satu-satunya alat yang diijinkan Tuhan untuk meramal. Mereka mengobrol sepanjang jalan. Di tengah perjalanan, sang supir karavan mengumumkan bahwa akan ada perang antar suku yang sangat berbahaya. Di padang pasir, mereka tidak dapat mundur, mereka hanya bisa memikirkan langkah terbaik untuk maju terus. Supir karavan memerintahkan semua penumpang berdoa kepada Tuhannya masing-masing. Si anakpun berdoa pada Yesus Kristus untuk memohon keselamatan.
Setelah karavan sampai di oasis, semua penumpang turun dan berkemah di sana. Di oasis tersebut ternyata terdapat 300 sumur dan 50.000 pohon kurma. Di sana juga banyak penduduknya. Tradisi di sana jika seorang wanita menggunakan pakaian hitam bercadar, berarti wanita itu sudah menikah. Suatu hari, si anak mendapat pertanda bahwa oasis itu akan diserang. Para ketua suku berkumpul karena mendengar hal itu, tapi mereka tidak percaya. Ternyata benar, oasis itu diserang, tapi para penduduk berhasil memepertahankan oasis. Setelah kejadian itu, anak tersebut diangkat sebagai penasihat di sana. Suatu hari, ia bertemu seorang gadis bernama Fatima di tepi sumur. Saat itu Fatima sedang mengambil air di sumur. Sejak saat itu, hamper setiap hari mereka bertemu. Suatu hari anak itu mengungkapkan cintanya pada Fatima. Tapi anak itu berkata pada Fatima bahwa tidak lama lagi ia harus pergi untuk mencari harta karunnya. Fatima mengerti akan hal itu karena ia adalah gadis gurun. Semua wanita gurun selalu menunggu kepulangan suaminya. Fatima percaya dan mau menunggu anak itu seperti ibunya menunggu ayahnya yang akhirnya ayahnya memang pulang.
Suatu hari anak itu diterjang seekor kuda dengan pengendara mengenakan pakaian hitam bercadar dan menghunuskan pedang padanya. Anak itu siap mati tapi ternyata orang berpakaian hitam tadi tidak membunuhnya. Ia malah berkata bahwa jika besok anak itu masih hidup, anak itu harus pergi mencarinya di selatan. Ternyata orang itu adalah alkimis. Keesokan harinya, anak itu mencari sang alkimis. Mereka bertemu dan alkimis banyak memberikan nasehat pada anak itu. Alkimis juga menawarkan untuk membantu anak itu menemukan hartanya, karena dimana hatimu berada di situlah hartamu berada. Anak itu sempat menolak karena ia telah jatuh cinta pada seorang gadis dan tidak ingin meninggalkannya, tapi setelah banyak nasehat dari alkimis, anak itupun memutuskan untuk berangkat.
Anak itu membeli seekor kuda dan berangkat bersama alkimis yang membawa elang dipundaknya. Tiap mereka berhenti, sang elang berburu dan mencari makan. Suatu hari, mereka sampai di daerah perang dan mereka ditahan. Semua barang bawaan mereka digeledah dan sang anak harus menyerahkan hartanya pada para tentara di situ. Alkimis memaksa anak itu, tapi anak itu tidak mau. Alkimis berkata bahwa jarang harta dapat menyelamatkan nyawa manusia. Akhirnya mereka berdua ditahan di kawasan itu selama 3 hari, tapi mereka tidak dipenjara. Para tentara menemukan sebuah batu filsuf, cairan kehiudpan, dan jiwa dunia di kantong alkimis. Para tentara yang takut sihir tidak berani mendekati mereka. Sang alkimis memberi tahu sang anak, bahwa jika mereka ingin bebas dari situ, mereka harus mengubah diri mereka menjadi angin. Sang alkimis berkata bahwa dirinya telah dapat melakukannya, anak itupun kebingungan.
Anak itu memanjat sebuah tebing dan bertanya pada padang pasir bagaimana caranya mengubah dirinya menjadi angin. Padang pasir tidak dapat memberikan jawaban dan menyuruhnya bertanya pada angin, angin menyuruhnya bertanya pada matahari dan seterusnya. Akhirnya sang anak menemukan jawabannya, yaitu Jiwa Dunia. Akhirnya anak itu dan sang alkimis bebas dan mereka melanjutkan perjalanan mereka yang tidak jauh lagi itu. Malamnya, mereka membangun tenda dan beristirahat. Sang alkimis mengajak anak itu minum anggur, anak itu sempat kebingungan karena seharusya tradisi di sana mengharamkan meminum anggur. Sang alkimis berkata bahwa yang keluar itulah yang haram. Beberapa hari kemudian, mereka sampai disebuah biara. Mereka masuk ke biara itu dan sang alkimis meminta seorang biarawan menyiapkan panci dan timah. Sang alkimis memasukkan timah ke panci dan memberinya sedikit potongan batu filsuf dan cairan kehidupan. Beberapa saat kemudian, timah itu berubah menjadi emas. Ia memotongnya menjadi 4 bagian, satu diberikan pada biarawan, satu untuk anak itu, dan satu disimpannya. Potongan satu lagi diberikan pada biarawan dan boleh digunakan jika sang anak membutuhkan. Sang anak menolak karena imbalan itu terlalu besar, melebihi semua harta yang ia berikan pada tentara saat mereka terjebak di daerah perang. Sang alkimis menjelaskan bahwa emas itu merupakan pengganti harta sang anak yang hilang oleh pencuri dahulu saat ia pertama kali datang di Arab.
Anak itu berterima kasih dan mengucapkan selamat tinggal pada Alkimis dan melanjutkan perjalanannya. Saat anak itu sampai pada piramida-piramida Mesir yang gagah dan mengagumkan, ia berlutut dan menangis. Ia lalu menggali di mana Umim dan Tumim jatuh. Tiba-tiba ada sekelompok orang yang mengeroyoknya sampai ia luka parah. Orang-orang itu tidak membunuhnya, dan sebelum pergi mereka menyuruh anak itu kembali ke gereja tempatnya dulu menggembalakan domba-dombanya. Anak itu lalu pergi ke gereja itu dan menggali tanah di bawah pohon besar di sana. Ia menemukan harta karun berupa emas dan dollar spanyol yang sangat banyak. Ia lalu pergi ke Tangier untuk memberikan seper sepuluh harta itu pada perempuan Gipsi yang meramalnya dulu. Lalu ia ingat pada Fatima dan bergegas menuju oasis Al-Fayoum.
*** FIN ***
2. Tokoh dan perwatakan
• Santiago : punya rasa ingin tahu yang tinggi, berpikiran terbuka, tidak mudah menyerah, jujur, baik hati, berpikiran luas, beriman kuat.
• Gadis konglomerat : pandai, banyak bicara, ramah, mudah bergaul dengan orang baru.
• Wanita Gipsi : aneh, materialistis, menyukai hal-hal mistis.
• Orang tua (yang mengaku sebagai Raja Salem) : ramah, baik hati, memiliki rasa toleransi yang tinggi.
• Orang Inggris : pandai, banyak bicara, menyukai hal-hal aneh, rasa ingin tahu tinggi.
• Wanita-wanita bercadar : ramah, sopan, rasa toleransi tinggi.
• Para ketua suku : berpikiran tertutup, rasa ingin tahu kurang, kurang memperhatikan orang lain.
• Fatima : ramah, baik hati, rasa toleransi tinggi, berpikiran luas.
• Alkimis : baik hati, berilmu tinggi, ramah, rendah hati.
• Sekelompok orang yang memukuli Santiago : kasar.
Penokohan dalam buku ini diceritakan secara wajar oleh penulis, serta tidak berlebih-lebihan.
3. Alur
Susunan alur secara keseluruhan dalam buku ini diceritakan dengan wajar dan tidak ada unsur penyimpangan.
4. Sudut Pandang
Buku ini menggunakan sudut pandang orang pertama (aku) dan sudut pandang orang ketiga di luar cerita.
5. Gaya Bahasa
Buku ini merupakan buku terjemahan, bahasa yang digunakan tidak berbeda dengan novel terjemahan lain, sangat menarik dan mudah dimengerti.
6. Latar (Setting) cerita
Buku ini berlatar di padang Andalusia Spanyol dan oasis Al-Fayoum di Mesir.
Keunggulan dan kekurangan isi buku
Keunggulan dari buku ini adalah ceritanya yang sangat menarik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada pembaca, ditambah lagi alur cerita yang membuat pembaca tidak dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti.
Kekurangan buku ini adalah kurangnya penggambaran detail beberapa tokoh yang muncul, sehingga mempersulit pembaca untuk mengimajinasikan tokoh tersebut.
Saran untuk penulis
Penulis sebaiknya memberikan penggambaran tokoh dan perwatakannya dengan lebih mendetail, sehingga pembaca dapat lebih mudah mengimajinasikan masing-masing tokoh, dengan begitu pembaca dapat lebih tenggelam dalam cerita yang disajikan.
Pokok-pokok isi buku
1. Tema
Buku ini mengangkat tema petualangan.
1. Tema
Buku ini mengangkat tema petualangan.
2. Tokoh dan perwatakan
• Santiago : punya rasa ingin tahu yang tinggi, berpikiran terbuka, tidak mudah menyerah, jujur, baik hati, berpikiran luas, beriman kuat.
• Gadis konglomerat : pandai, banyak bicara, ramah, mudah bergaul dengan orang baru.
• Wanita Gipsi : aneh, materialistis, menyukai hal-hal mistis.
• Orang tua (yang mengaku sebagai Raja Salem) : ramah, baik hati, memiliki rasa toleransi yang tinggi.
• Orang Inggris : pandai, banyak bicara, menyukai hal-hal aneh, rasa ingin tahu tinggi.
• Wanita-wanita bercadar : ramah, sopan, rasa toleransi tinggi.
• Para ketua suku : berpikiran tertutup, rasa ingin tahu kurang, kurang memperhatikan orang lain.
• Fatima : ramah, baik hati, rasa toleransi tinggi, berpikiran luas.
• Alkimis : baik hati, berilmu tinggi, ramah, rendah hati.
• Sekelompok orang yang memukuli Santiago : kasar.
Penokohan dalam buku ini diceritakan secara wajar oleh penulis, serta tidak berlebih-lebihan.
3. Alur
Susunan alur secara keseluruhan dalam buku ini diceritakan dengan wajar dan tidak ada unsur penyimpangan.
4. Sudut Pandang
Buku ini menggunakan sudut pandang orang pertama (aku) dan sudut pandang orang ketiga di luar cerita.
5. Gaya Bahasa
Buku ini merupakan buku terjemahan, bahasa yang digunakan tidak berbeda dengan novel terjemahan lain, sangat menarik dan mudah dimengerti.
6. Latar (Setting) cerita
Buku ini berlatar di padang Andalusia Spanyol dan oasis Al-Fayoum di Mesir.
Keunggulan dan kekurangan isi buku
Keunggulan dari buku ini adalah ceritanya yang sangat menarik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada pembaca, ditambah lagi alur cerita yang membuat pembaca tidak dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti.
Kekurangan buku ini adalah kurangnya penggambaran detail beberapa tokoh yang muncul, sehingga mempersulit pembaca untuk mengimajinasikan tokoh tersebut.
Saran untuk penulis
Penulis sebaiknya memberikan penggambaran tokoh dan perwatakannya dengan lebih mendetail, sehingga pembaca dapat lebih mudah mengimajinasikan masing-masing tokoh, dengan begitu pembaca dapat lebih tenggelam dalam cerita yang disajikan.
0 comments:
Post a Comment